Peoples’ Declaration on Food Systems:
Malaysian Workshop
22nd September 2021
On 23rd September, the UN General Assembly will be having their UN Food System Summit (UNFSS) calling for the transformation of food systems. However, the UNFSS big players are from corporations and big philanthropies such as Bill and Melinda Gates Foundation and we expect that it would facilitate the intensification of corporate control on our food systems.
This will also intensify the situation of corporate control on food systems as well as on health and education in Malaysia. Even now, Malaysian national policies put corporate interests over public interest including enacting policies that are focused on oil palm and other high value export crops, dependency on pesticides and fertilizers and imported machinery. As a consequence, the loss of biodiversity is immense and contamination of the environment with chemicals is rampant. Subsequently, Malaysia has increasingly become dependent on food and agricultural imports in the past couple of decades. In 2019, the import value of food to Malaysia was valued at approximately 51.46 billion Malaysian ringgit or 13 billion USD for a population of 32million.
The Covid 19 pandemic has further exposed the gross inequity in the country’s food system, and has made life worse for small food producers. The strict lockdown imposed by the government has disrupted farming and the livelihoods of workers and the lockdown has pushed migrant workers closer to the edge affecting their livelihoods and survival.
Overall, the women and men indigenous peoples in Malaysia or Orang Asal, small farmers, plantation and migrant workers, and refugees as well as the urban poor disproportionately suffer poverty, hunger and malnutrition and lack of livelihoods. Women in all sectors are discriminated against and exploited and in particular they face increased violence in the homes and workplaces, earn lower wages and work longer hours.
The Orang Asal are marginalized and their land and territories are being systematically grabbed for logging and palm plantations even though their land rights, based on adat (customary systems) are recognized by law.
Farmers in Malaysia face poverty, lack of income and livelihoods as well as the adverse effects of climate change.
Plantation workers in Malaysia work long hours, receiving very low wages and suffer exposure to pesticides constantly.
Documentation of the situation of migrant workers shows systematic violation of their rights particularly of those undocumented workers including refugee workers, who are exploited with low wages and informal or unwritten contracts of employment, coercion at various stages of the recruitment, migration and employment process, and hazardous working conditions. Many of them are victims of human trafficking and forced labour.
Women farmers and workers and women from all sectors are also disproportionately affected at this time of the pandemic. Increase
Recommendations:
We demand for all Malaysians, migrants and refugees the right to food is ensured including the right to work, livelihoods, education and access to a health system. The right for a just, equitable, healthy, and sustainable food system that is based on the right to life and human dignity and right to a healthy planet is an important right that should be recognized and protected.
We support the right to self-determination and the right to territories of the Orang Asal in Sabah and Sarawak and Orang Asli in West Malaysia. The culture and traditions of the Orang Asal’s and their institutions should be protected and preserved.
Farmers and small food producers have rights over land and their means of production and these rights be recognised and implemented including genuine agrarian reform and rural development. These rights cover the rights over land, seeds, knowledge and access to marine sources for fisherfolk. Agroecology and sustainable agriculture help ensure the health of farmers, communities and the nation away from pesticides and other chemicals as well as to mitigate the effects of climate change and maintain soil fertility and these have to be promoted and sustained.
We need structural changes in the social and production relations between farmers, traders and landlords, and with the necessary policy reforms and programs at the national level. Linking farmers to local markets and communities would ensure adequate livelihoods and income.
Women and men plantation workers demand adequate living wages, equal pay for equal work and a safe working environment as well as the right to organise and assert their rights as workers.
We demand the immediate cessation of raids, arrests and detention of migrants and refugees. Provide alternatives to detention and grant humanitarian release to immigration detainees. As migrants, we also demand the end of labour exploitation and we call for the recognition of our rights for leave days and rest time allocated and adequate proper facilities for accommodation. As refugees, we ask that all boats carrying refugees be allowed to dock safely.
We call for food aid/relief, rent relief and support for organic urban, suburban and rural farming particularly in the midst of the Covid-19 pandemic. Food aid/relief should be provided for everyone including migrants and refugees that are affected by job displacement & retrenchment. In addition, there is an urgent need for a comprehensive response to be in place that respects human rights and dignity of migrants and refugees and includes them in the current financial and health planning of the pandemic response.
We will organize, mobilise and make efforts to advance our calls and demands to achieve the people’s rights through information and documentation, awareness building and campaigning. We call on our government to support these demands with people-centered policies and programmes to ensure the rights of all Malaysians, migrants and refugees are respected and protected.
_________________________________________________________________
Deklarasi Rakyat Terhadap Sistem Makanan:
Bengkel Malaysia
22 September 2021
Pada 23 September, Majlis Umum PBB akan mengadakan Sidang Kemuncak Sistem Makanan PBB (UNFSS) untuk menyeru transformasi sistem makanan. Walau bagaimanapun, pemain besar UNFSS adalah dari syarikat dan dermawan besar seperti Yayasan Bill dan Melinda Gates dan kami menjangkakan bahawa ia akan memudahkan penguatan kawalan korporat terhadap sistem makanan kami.
Ini juga akan meningkatkan keadaan kawalan korporat terhadap sistem makanan serta kesihatan dan pendidikan di Malaysia. Bahkan sekarang, dasar nasional Malaysia meletakkan kepentingan korporat daripada kepentingan umum termasuk menggubal dasar yang tertumpu pada kelapa sawit dan tanaman eksport bernilai tinggi lainnya, ketergantungan pada racun perosak dan baja dan mesin yang diimport. Akibatnya, kehilangan keanekaragaman hayati sangat besar dan pencemaran alam sekitar dengan bahan kimia berleluasa. Selepas itu, Malaysia semakin bergantung pada import makanan dan pertanian dalam beberapa dekad yang lalu. Pada tahun 2019, nilai import makanan ke Malaysia bernilai sekitar 51.46 bilion ringgit Malaysia atau 13 bilion USD untuk populasi 32 juta.
Pandemik Covid 19 telah mendedahkan ketidaksamaan besar dalam sistem makanan di negara ini, dan menjadikan hidup lebih buruk bagi pengeluar makanan kecil. Penutupan ketat yang dikenakan oleh pemerintah telah mengganggu pertanian dan mata pencarian pekerja dan penutupan itu telah mendorong pekerja migran mendekati pinggir yang mempengaruhi kehidupan dan kelangsungan hidup mereka.
Secara keseluruhan, wanita dan lelaki pribumi di Malaysia atau Orang Asal, petani kecil, pekerja perkebunan dan migran, dan pelarian serta golongan miskin di bandar mengalami kemiskinan, kelaparan dan kekurangan zat makanan dan kekurangan penghidupan. Wanita di semua sektor didiskriminasi dan dieksploitasi dan khususnya mereka menghadapi keganasan yang meningkat di rumah dan tempat kerja, mendapat gaji yang lebih rendah dan bekerja lebih lama.
Orang Asal dipinggirkan dan tanah dan wilayahnya disita secara sistematik untuk pembalakan dan perkebunan sawit walaupun hak tanah mereka, berdasarkan adat (sistem adat) diakui oleh undang-undang.
Petani di Malaysia menghadapi kemiskinan, kekurangan pendapatan dan penghidupan serta kesan buruk dari perubahan iklim.
Pekerja ladang di Malaysia bekerja berjam-jam, menerima gaji yang sangat rendah dan selalu terdedah kepada racun perosak.
Pendokumentasian situasi pekerja migran menunjukkan pelanggaran hak mereka secara sistematik terutamanya bagi pekerja tidak berdokumen termasuk pekerja pelarian, yang dieksploitasi dengan upah rendah dan kontrak pekerjaan tidak formal atau tidak bertulis, paksaan pada pelbagai peringkat proses pengambilan, migrasi dan pekerjaan, dan keadaan kerja yang berbahaya. Sebilangan besar dari mereka menjadi mangsa pemerdagangan manusia dan kerja paksa.
Petani dan pekerja wanita dan wanita dari semua sektor juga terkena dampak wabak secara tidak proporsional pada masa ini. Meningkat
Rekomendasi:
Kami menuntut kepada semua rakyat Malaysia, pendatang dan pelarian hak untuk mendapatkan makanan yang terjamin termasuk hak untuk bekerja, mata pencaharian, pendidikan dan akses ke sistem kesihatan. Hak untuk sistem makanan yang adil, saksama, sihat, dan lestari yang didasarkan pada hak untuk hidup dan martabat manusia dan hak untuk planet yang sihat adalah hak penting yang harus diakui dan dilindungi.
Kami menyokong hak untuk menentukan nasib sendiri dan hak untuk wilayah Orang Asal di Sabah dan Sarawak dan Orang Asli di Malaysia Barat. Institusi untuk adat dan budaya Orang Asal haus dibenarkan untuk wujud untuk memulihara adat dan budaya tersebut.
Petani dan pengeluar makanan kecil mempunyai hak atas tanah dan cara pengeluarannya dan hak ini diakui dan dilaksanakan termasuk reformasi agraria dan pembangunan luar bandar yang tulen. Hak-hak ini merangkumi hak atas tanah, benih, pengetahuan dan akses ke sumber laut untuk nelayan. Agroekologi dan pertanian lestari membantu memastikan kesihatan petani, komuniti dan negara daripada racun perosak dan bahan kimia lain serta mengurangkan kesan perubahan iklim dan menjaga kesuburan tanah dan ini harus dipromosikan dan dipertahankan.
Kita memerlukan perubahan struktur dalam hubungan sosial dan pengeluaran antara petani, peniaga dan tuan tanah, dan dengan reformasi dan program dasar yang diperlukan di peringkat nasional. Menghubungkan petani dengan pasar dan komuniti tempatan akan memastikan penghidupan dan pendapatan yang mencukupi.
Pekerja ladang wanita dan lelaki menuntut upah yang mencukupi dan hidup, gaji yang sama untuk pekerjaan yang sama dan persekitaran kerja yang selamat serta hak untuk mengatur dan menegaskan hak mereka sebagai pekerja.
Kami menuntut penghentian serangan, penangkapan dan penahanan migran dan pelarian dengan segera. Berikan alternatif penahanan dan berikan pembebasan kemanusiaan kepada tahanan imigresen. Benarkan kapal yang membawa pelarian berlabuh dengan selamat.
Kami menuntut menamatkan eksploitasi buruh seperti tiada peruntukan cuti dan waktu rehat serta kemudahan penginapan yang betul.
Kami meminta bantuan makanan, bantuan sewa dan sokongan untuk pertanian organik, pinggir bandar dan desa terutamanya di tengah-tengah wabak Covid-19. Bantuan makanan ini haruslah dibekalkan untuk semua orang termasuk migran dan pelarian yang kehilangan pekerjaan. Di samping itu, ada keperluan mendesak untuk mendapatkan respons komprehensif yang menghormati hak asasi manusia dan martabat migran dan pelarian dan memasukkannya ke dalam perancangan kewangan dan kesihatan semasa menangani wabak tersebut.
Kami akan mengatur, menggerakkan dan membuat usaha untuk memajukan permintaan dan tuntutan kami untuk mencapai hak-hak rakyat melalui maklumat dan dokumentasi, pengembangan kesedaran dan berkempen. Kami meminta pemerintah kami untuk menyokong tuntutan ini dengan dasar dan program yang berpusatkan kepada rakyat untuk memastikan hak-hak semua rakyat Malaysia, pendatang dan pelarian dihormati dan dilindungi.
Discussion about this post